BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagaimana
dimaklumi 97 % usaha kecil di Indonesia memiliki omset dibawah Rp. 50
Juta/tahun, meskipun batas atas omset usaha kecil adalah sampai Rp. 1 Miliar.
Pada dasarnya jika Indonesia ingin menjangkau usaha kecil terutama usaha
kecil-kecil atau usaha mikro tersebut semestinya secara khusus mengarahkan
perhatiannya pada kelompok ini karena mereka mewakili lebih dari 33 Juta pelaku
usaha. Sampai saat ini hampir belum terlihat adanya program khusus pemberdayaan
usaha mikro, padahal lapisan inilah penyedia lapangan kerja terbesar di
Indonesia. Dalam setiap usaha pemberdayaan usaha kecil setelah ada tiga aspek
penting yang perlu dikembangkan yaitu : Pertama, lingkungan kondusif dan sistem
administrasi pemerintahan yang mendukung; Kedua, dukungan non finansial berupa
jasa Perkreditan; Ketiga, dan dukungan finansial yang khusus ditujukan bagi
usaha kecil.
Di sub-sektor
perdagangan umum misalnya, sekitar 80% usaha perdagangan eceran yang tidak
berbadan hukum yang diwakili oleh 5,2 juta unit usaha hanya memiliki omset
dibawah Rp. 5 juta/tahun, sehingga jumlah usaha ekonomi rakyat lapis bawah ini
benar-benar dengan skala gurem. Program yang secara bersinggungan mencoba
mengatasi masalah ini pada umumnya masih dikaitkan dengan program
penanggulangan kemiskinan. Untuk tidak mereka mencampuradukan permasalahan,
maka tawaran pendekatan yang dapat kita manfaatkan adalah dengan melihat sisi
kehidupan masyarakat ini dari dua sisi :
Pertama, sebagai penduduk aktif maka kegiatan ekonomi baik dalam bentuk
produksi barang maupun jasa harus kita perlakukan sebagai usaha mikro sehingga
tujuan utamanya adalah meningkatkan produktivitas dan kapasitas produktifnya;
Kedua, sebagai rumah tangga konsumen
setiap pendapatan/pengeluaran masyarakat yang masih belum melampaui batas garis
kemiskinan harus kita perlakukan sebagai penduduk miskin yang harus kita
tingkatkan kondisi kehidupannya hingga melewati batas tersebut.
Untuk
mendorong usaha mikro ini memang disadari bahwa modal bukan satu-satunya
pemecahan, tetapi tetap saja bahwa ketersediaan permodalan yang secara mudah
dapat dijangkau mereka sangat vital, karena pada dasarnya kelompok inilah yang
selalu menjadi korban eksploitasi oleh pelepas uang. Salah satu sebabnya adalah
ketiadaan pasar keuangan yang sehat bagi masyarakat lapisan bawah ini, sehingga
setiap upaya untuk mendorong produktivitas oleh kelompok ini, nilai tambahnya
terbang dan dinikmati para pelepas uang. Adanya pasar keuangan yang sehat tidak
terlepas dari keberadaan Lembaga Keuangan yang hadir ditengah masyarakat.
Lembaga
Keuangan Mikro adalah upaya penyedia jasa keuangan, terutama simpanan dan
kredit, dan juga jasa keuangan lain yang diperuntukan bagi keluarga miskin dan
berpenghasilan rendah yang tidak memiliki akses terhadap bank komersial.
Dalam Lincolin
Arsyad, Lembaga Keuangan Mikro adalah lembaga yang memberikan jasa keuangan
bagi pengusaha mikro dan masyarakat berpenghasi lan rendah, baik formal, semi
formal, dan informal yang tidak terlayani oleh lembaga keuangan formal dan
telah berorientasi pasar untuk tujuan bisnis.
Lembaga
Keuangan Mikro berfungsi sebagai lembaga yang menyediakan berbagai jasa
pinjaman, baik untuk kegiatan produktif yang dilakukan usaha mikro, maupun
untuk kegiatan konsumtif keluarga masyarakat miskin. Sebagai lembaga simpanan, Lembaga
Keuangan Mikro dapat menghimpun dana yang dijadikan prasyarat bagi adanya
kredit walaupun pada akhirnya sering kali jumlah kredit yang diberikan lebih
besar dari dana yang berhasil dihimpun.
B. Rumusan Masalah
Adapun
rumusan makalah ini adalah
1) Latar
Belekang Lahirnya Graman Bank
2) Prinsip
kesepakatan lahirnya graman bank
3) Dampak
yang ditimbulkan dari grameer bank
4) Bidang
Usaha dari graman bank
C.
Tujuan dan manfaat penulisan makalah
Adapun
tujuan dan manfaat penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui Banker To The
Poor.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Berdirinya Bank Grameen (banker to
the poor)
Bank Grameen
(banker to the poor) adalah sebuah organisasi kredit mikro yang dimulai di
Bangladesh yang memberikan pinjaman kecil kepada orang yang kurang mampu tanpa
membutuhkan collateral. Sistem ini berdasarkan ide bahwa orang miskin memiliki
kemampuan yang kurang digunakan. Yang berbeda dari kredit ini adalah pinjaman
diberikan kepada kelompok perempuan produktif yang masih berada dalam status sosial
miskin. Pola Grameen bank ini telah diadopsi oleh hampir 130 negara didunia
(kebanyakan dinegara Asia dan Afrika). Jika diterapkan dengan konsisten, pola
Grameen Bank ini dapat mencapai tujuan untuk membantu perekonomian masyarakat
miskin melalui perempuan. Bank ini terpilih sebagai penerima Penghargaan
Perdamaian Nobel (bersama dengan Muhammad Yunus) pada tahun 2006.
Tahun 1974
merupakan tahun yang harus dihadapi dengan berat oleh Bangladesh, sebab pada
tahun ini Bangladesh masuk kedalam cengkraman kelaparan. Hal ini tentunya
sangat memprihatinkan, sebab sebuah negara kecil yang baru meraih
kemerdekaannya disertai perekonomian dan perpolitikan yang belum stabil harus
mengadapi kelaparan yang mengakibatkan banyak sekali warganya yang meninggal.
Muhammad Yunus,
Seorang dosen Universitas Chittagong serta Dekan Fakultas Ekonomi ini sangat
risau melihat keadaan tersebut. Saat bencana kelaparan di tahun 1974 sedang
melanda Bangladesh, Yunus berpandangan bahwa selama ini segala macam teori
ekonomi klasik maupun modern yang secara elegan di ajarkan di kampus tidak bisa
menjawab permasalahan sosial di negaranya, tidak hanya kelaparan namun juga
kemiskinan dan permasalahan sosial ekonomi lainnya.
Melihat
keadaan yang semakin parah, Yunus memutuskan untuk terjun langsung ke lapangan
untuk melihat kondisi riil masyarakat yang mengalami kelaparan dan kemiskinan.
Desa jobra adalah obyek yang menjadi pusat observasi, sebab daerah tersebut
dekat dengan kampus. Proyek awal yang dilakukan Yunus adalah mencari tahu
berapa banyak keluarga di desa jobra yang memiliki lahan garapan dan tanaman
yang bisa di garap, keterampilan yang dimiliki penduduk desa, hambatan yang
dihadapi dalam peningkatkan kesejahteraan mereka, dan berapa banyak warga yang
miskin. Setelah melakukan analisis sebab-akibat, Yunus kemudian melakukan studi
tentang ekonomi pertanian yang kemudian dilanjutkan dengan pengembangan desa
melalui sektor pertanian.
Pengembangan
desa yang dilakukan oleh Profesor Muhammad Yunus tidak berhenti pada sektor
pertanian saja. Setelah menuai hasil yang positif, pada tahun 1976 Yunus mulai
mengunjungi rumah tangga yang paling miskin di Jobra. Kunjungan tersebut
melahirkan suatu insiprasi baru ketika Yunus menemui salah satu perajin bangku
di Desa Jobra. Hasil perbincangan Yunus kepada perajin tersebut membuahkan
kesimpulan bahwa rata-rata warga miskin yang memiliki profesi sebagai pengusaha
kecil sangat sulit memperoleh kredit dan bahkan terpaksa meminjam uang kepada
rentenir yang tentunya akan memberikan bunga pinjaman yang tinggi sehingga
sangat memberatkan si debitur, apalagi
debitur merupakan warga miskin.
Dari tahun ke
tahun, pengembangan desa terus menerus dilakukan. Yunus kemudian membuat suatu
proyek percontohan awal yang disebut sebagai Bank Grameen (banker to the poor).
Proyek ini dibentuk dengan alasan bahwa bank konvensional dan koperasi kredit
biasanya meminta pembayaran sekaligus. Hal ini tentunya secara psikologis
dirasa sulit oleh peminjam, apalagi yang predikatnya tergolong kaum miskin.
Sistem yang dikembangkan oleh Bank Grameen (banker to the poor) justru
berlawanan dengan bank konvensional. Para nasabah yang menjadi anggota dapat
mencicil pembayaran dengan nilai nomonal uang yang sedemikian kecil sehingga
tidak memberatkan si peminjam. Selain itu, nasabah didorong untuk membiasakan
diri dalam menabung. Sebab, tabungan terkumpul bisa mereka jadikan pegangan di
waktu susah atau digunakan untuk menambah peluang-peluang peningkatan
pendapatan. Pada saat itu, Bank Grameen (banker to the poor) menetapkan 5
persen dari setiap pinjaman menjadi tabungan. Pinjaman dilakukan tidak melalui
perseorangan melainkan kelompok.
Setelah mengalami kemajuan yang
sangat pesat, Bank Grameen (banker to the poor) mulai membuka cabang di setiap
pedasaan di Bangladesh. Kinerja bank juga semakin ditingkatkan. Bank Grameen
(banker to the poor) tidak hanya sekedar emberikan pinjaman yang mudah
dijangkau warga miskin, namun juga memberikan pelatihan kepada para peminjam
dalam memajukan usahanya.
Periode 90-an,
Bank Grameen (banker to the poor) sudah memperlihatkan bagaimana sistem itu
efektif bekerja. Para peminjam yang dulunya tergolong miskin, sekarang tidak
lagi sekedar melewati garis kemiskinan, namun juga sudah meninggalkannya jauh
di belakang. Salah seorang peminjam yang
pernah bertenmu langsung dengan Profesor Yunus mengungkapkan bahwa cicilan per
minggunya lebih dari 500 taka (US$ 12). 500 taka yang dipinjamnya itu adalah
nilai pinjaman pertamanya saat sepuluh tahun yang lalu. Ini berarti bahwa
kapasitas mereka untuk meminjam, berinvestasi dan membayar kembali melipat
hingga 50 kali dalam 10 tahun. Bank Grameen (banker to the poor) juga
mendirikan sebuah museum yang disebut sebagai Museum Kemiskinan sebagai simbol
bahwa kinerja bank selama ini sangat efektif memberantas kemiskinan.
Bank Grameen (banker to the poor)
saat ini telah diadopsi oleh lebih dari 100 negara di dunia. Sebagai bentuk
penghargaan karena telah berhasil menuntaskan kemiskinan, founding father-nya
yakni Profesor Muhammad Yunus memperoleh penghargaan Nobel Perdamaian tahun 2006.
Peranan Bank
Grameen (banker to the poor) dalam Memberantas kemiskinan di Bangladesh
Bank Grameen
(banker to the poor) memiliki peranan besar bagi rakyat kecil. Sistem perbankan
yang digunakannya nyaris bertolakbelakang dengan yang digunakan oleh bank konvensional.
Kenyataannya sampai hari ini bahwa bank konvensional semakin tidak pro pada
rakyat. Banyak sekali bank konvensional yang hanya mau mendanai proyek-proyek
yang menghasilkan profit besar. Bahkan, mereka juga mempersulit kaum miskin
dengan suku bunga pinjaman yang tidak terjangkau dan agunan. Padahal kaum
miskin tidak memiliki uang cukup untuk mengembalikan bunga dan mereka juga
tidak memiliki agunan. Begitu juga dengan kaum rentenir. Secara prosedural,
kaum miskin relatif lebih mudah meminjam uang kepada mereka, tapi bunga
pinjamannya sangat tinggi bahkan lebih tinggi dibanding bunga bank
konvensional. Baik bank konvensional maupun rentenir saat ini merupakan
representasi dari kapitalisme modern dan juga feodalisme, dimana yang miskin
semakin miskin, sedangkan yang kaya semakin kaya.
Kemiskinan di
Bangladesh merupakan persoalan utama. Namun, hadirnya Bank Grameen (banker to
the poor) yang didirikan oleh Muhammad Yunus memberikan suatu peranan besar
dalam menjawab solusi kemiskinan yang telah mengakar di Bangladesh selama
bertahun-tahun. Bank Grameen (banker to the poor) tidak hanya memberikan solusi
dalam segi finansial kaum miskin, namun juga merubah kebudayaan kolot warga
setempat, dimana wanita hanya boleh di dalam rumah dan tidak diperkenankan untuk
melakukan aktivitas ekonomi di luar rumah. Dengan hadirnya Bank Grameen (banker
to the poor), meski wanita tidak diperkenankan melakukan aktivitas ekonomi di
luar rumah, namun dengan berbagai solusi, wanita dapat bekerja meski di dalam
rumah. Bank Grameen (banker to the poor) juga merupakan suatu wujud
implementasi dari konsistensinya. Sebagai bank kaum miskin, Bank Grameen
(banker to the poor) tidak muncul dalam wujud lembaga keuangan eksklusif
sebagaimana bank konvensional lainnya, melainkan menjelma sebagai lembaga yang
berada di lingkungan miskin secara riil. Salah satu contoh konkret yang terjadi
di Bangladesh adalah code of conduct dalam sistem di Bank Grameen (banker to
the poor) tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh manajer ketika membuka cabang
di suatu daerah.
Sebagai
contoh, seorang manajer datang ke suatu tempat yang telah disepakati untuk
didirikan cabang tanpa perkenalan formal. Mereka tidak punya kantor, tidak
punya tempat tinggal, dan tak ada seorang pun yang mereka kenal. Tugas pertamanya
adalah mendokumentasikan segala sesuatu mengenai wilayah itu. Mereka memang
tidak boleh datang ke desa dengan gaya pejabat dengan kemegahan dan
mengharapkan hidangan lezat dan kenyamanan. Manajer dan asistennya tersebut
harus membayar sendiri penginapannya dan tidak diizinkan untuk menginap di
lingkungan mewah. Mereka hanya boleh menginap di rumah terlantar, asrama
sekolah, atau kantor dewan setempat. Mereka harus menolak tawaran makan dari
warga desa yang berada dengan menjelaskan bahwa itu bertentangan dengan aturan
Grameen. Hal ini mengindikasikan bahwa suatu lembaga yang punya orientasi pada
kaum miskin memang harus hidup dengan cara yang serba miskin.
Oleh sebab
itu, Bank Grameen (banker to the poor) dinyatakan berhasil menuntaskan
kemiskinan, sebab Bank Grameen (banker to the poor) dalam menjalankan misinya
tidak hanya berfokus dalam melakukan kredit seperti yang dilakukan oleh bank
konvensional pada umumnya, tetapi lebih daripada itu, Bank Grameen (banker to
the poor) “menjelma” menjadi kaum miskin itu sendiri, karena
dengan cara itulah Bank Grameen (banker to the poor) dapat mengetahui secara
utuh tentang segala aspek penyebab kemiskinan dan solusi yang tepat dalam melakukan cut terhadap penyebab kemiskinan
di Bangladesh.
2.2 Prinsip Grameen Bank
Sampai dengan
akhir tahun 2005, Grameen Bank telah mempunyai cabang sebanyak 2.226 di 71.371
senter (jumlah desa di Bangladesh 68.231), dengan total anggota lebih dari 6,6
juta orang. Grameen Bank juga telah direplikasikan di 52 negara (hanya di Indonesia
yang belum ada), dengan anggota mencapai 102 juta orang. Dana disalurkan dari
tahun 1983 s/d 2005 kumulatif mencapai US $ 5.17miliar, atau lebih kurang US $
238 juta per tahun. Jumlah modal yang dimiliki Grameen Bank berkembang menjadi
US $ 563,2 juta, sebanyak 92 % adalah milik anggota. Tingkat pengembalian /
mencapai 98.2 %.
Yang menarik
perhatian dari 6.6 juta orang anggota Grameen Bank, sebanyak 94 % jiwa adalah
wanita. Pilihan wanita untuk menjadi anggota Grameen Bank didasarkan pada
pemikiran bahwa tanggung jawab wanita terhadap keluarga lebih besar dan wanita
cenderung mengutamakan membelanjakan uangnya hanya untuk kepentingan keluarga.
Grameen Bank bukan bank konvensional yang hanya berhubungan dengan nasabah
secara verlikal dari aspek ekonomi, telapi Grameen Bank bersifat
multidimensional dari segala aspek kehidupan anggotanya, serta memasukkan unsur
sosial budaya ke dalamnya.
Tujuh prinsip Grameen Bank yang
perlu diperhatikan adalah :
1.
Grameen Bank adalah milik
anggotanya (92 % saham milik anggota);
2. Grameen
Bank hanya akan memberikan pinjaman kepada orang yang paling miskin dari
masyarakat miskin atau yang tidak memiliki harta untuk dijadikan agunan
(termasuk para pengemis)
3. Sasaran
Grameen Bank terutama adalah perempuan.
4. Pinjaman
ini diberikan tanpa jaminan/ agunan
5. Para
peminjam sendiri dan bukan Grameen Bank yang menentukan jenis kegiatan usahanya
yang akan dibiayai dengan pinjaman dari GB.
6. Grameen
Bank membantu informasi dan sarana agar peminjam berhasil.
7.
Para peminjam membayar tingkat
bunga sesuai keperluan untuk menjaga agar Grameen Bank tetap mandiri (tidak
tergantung hibah atau donasi)
Satu program
terobosan yang cukup menggemparkan, yaitu pada tahun I997 Yunus memberikan
pinjaman US $ 147.000 kepada 40.000 orang pengemis di Bangladesh, untuk
melakukan usaha yang dapat dilakukan sambil mengemis, seperti membuat anyaman,
sulaman, jualan korek api dan permen. Kepada mereka diberikan lencana nasabah
Grameen Bank. Pada tahun 2005 ternyata 7.843 orang berhenti mengemis.
Alasannya, mereka malu mengemis karena mempunyai lencana yang membangkitkan
harga diri dan mempunyai lapangan usaha baru dari modal yang diberikan Grameenn
Bank.
2.3 Dampak Positif Grameen Bank
Dampak Grameen
Bank terhadap Pengentasan Kemiskinan Dari pengalaman terlihat bahwa garis
kemiskinan bisa dilalui setelah enam sampai sepuluh pinjaman (yang
masingmasingnya berjangka waktu 1 tahun). serta kerja keras. Pinjaman pertama
biasanya hanya sekitar US$ 50. Rata-rata pinjaman hanya sedikit lebih besar
dari US$ 100. Dengan pinjaman tersebut pelanggan menciptakan lapangan kerja
sendiri, dan kebanyakan juga mempekerjakan seluruh keluarganya. Dengan cara
demikianlah 54% pelanggan Grameen Bank telah berhasil meninggalkan garis
kemiskinan. Sementara 27% masih berada di sekitar garis kemiskinan 16 persen
masih dalam proses pengembangan sedangkan 3 % sisanya dinyatakan gagal
mengikuti program Grameen Bank. Untuk mereka yang tidak berhasil, faktor yang
dianggap menjadi penyebab kegagalan utama adalah perumahan yang tidak baik di
daerah rawan hujan, serta kesehatan yang sangat buruk.
Dampak
Terhadap Pertumbuhan Penduduk Banyak buku dan makalah tentang dampak Grameen
Bank ditujukan untuk mengetahui mengapa Grameen Bank begitu berhasil dalam hal
mengatasi pertumbuhan penduduk sementara program lain, seperti program keluarga
berencana yang memiliki dana lebih besar menemui hambatan dan kegagalan.
Kesimpulan kasarnya adalah bahwa pemberdayaan ekonomi perempuan sangat terkait
dengan pilihan yang mereka perbuat begitu banyak, sehingga jumlah pertemuan
dengan suamisuami mereka menjadi. Perumahan
Grameen Bank
juga menyediakan pinjaman perumahan sebesar $ 300 dengan jangka waktu 10 tahun.
Sebuah keluarga berhak untuk mendapat pinjaman ini apabila tanah mereka atas
nama isteri. Sejauh ini telah lebih dari 350.000 rumah sudah dibangun dengan
pinjaman ini. Tingkat bunga untuk pinjaman rumah adalah sebesar 8% yang
disubsidi silang dengan pendapatan bunga yang diperoleh dari pinjaman modal
kerja. Rumah tersebut dirancang oleh arsitek selempat memiliki bentuk yang
menarik dengan harga yang rendah. Pemanfaatan bahan mentah setempat, ventilasi,
penggunaan bidang yang efisien, mampu menahan tekanan angin kencang serta
memiliki penampilan yang menarik. Para arsitek dan ahli ekonomi Grameen Bank
sendiri nyaris tidak bisa percaya, ketika rumah mereka yang seharga $ 300
memperoleh penghargaan penting .Architecture Award. oleh juri Aga Khan
Foundation, yang berlokasi di Swiss. Dalam dunia arsitektur yang gemerlap
penghargaan ini biasa jatuh pada desain luar biasa yang memakan biaya jutaan
dolar.
Perawatan
Kesehatan Masalah kesehatan yang sangat buruk diidentifikasi sebagai alas an
utama kemiskinan tidak juga hilang. Grameen Bank melakukan percobaan dengan
sebuah rencana perawatan kesehatan dengan biaya yang bahkan tidak bisa
dipercayai oleh orang Bangladesh sendiri, US$1,25 per keluarga per tahun dan 2
sen US tiap kunjungan ke klinik. Biaya ini akan menutupi 40% biaya perawatan
kesehatan. Sisanya yang 60%.akan dicari dari pemerinlah, dan mungkin juga dari
donor asing yang bersedia terlibat untuk jangka waktu yang panjang.
Grameen Bank
Memajukan Perempuan Dengan tidak memperdulikan system perbankan di Bangladesh
yang memperlakukan perempuan sebagai peminjam kelas dua, Grameen Bank ingin
menciptakan perbandingan 50-50 antara peminjam laki-laki dan perempuan. Tidak
perlu waktu lama bagi Grameen Bank untuk melihat bahwa perempuan merupakan
pihak yang lebih efektif untuk melakukan perubahan. Kalau ada pendapatan
tambahan untuk keluarga melalui perempuan, maka makanan anak-anak, gizi dan
kesehatan keluarga, serta perbaikan untuk rumah akan mendapatkan prioritas
utama. Ditemukan bahwa laki-laki lebih cenderung menghabiskan sebagian
pendapatan mereka untuk kenikmatan pribadi.
Ditemukan pula
bahwa perempuan memiliki risiko kredit yang lebih baik dari pada laki-laki dan
lebih bertanggung jawab dalam mengelola sumberdana yang kecil. Namun alasan
utama mengapa memilih perempuan sebagai pelanggan prioritas adalah karena
Grameen Bank menugaskan dirinya untuk memberikan pinjaman kepada yang paling
miskin. Dan perempuan merupakan jumlah terbanyak dari kelompok yang
terpinggirkan di antara yang paling miskin dari yang miskin.
Dalam
komunitas miskin seperti Bangladesh,di mana aturan keluarga tidak diterapkan
dengan baik, sementara tradisi menjadi lebih penting dari hukum. kejadian di
mana laki-laki meninggalkan isteri dan anak-anaknya merupakan hal yang biasa.
Pemberdayaan ekonomi perempuan memiliki dampak yang sangat besar terhadap
terbentuknya keluarga yang stabil.
BAB
III
PENUTUP
Lembaga
Keuangan Mikro adalah upaya penyedia jasa keuangan, terutama simpanan dan
kredit, dan juga jasa keuangan lain yang diperuntukan bagi keluarga miskin dan
berpenghasilan rendah yang tidak memiliki akses terhadap bank komersial
Lembaga
Keuangan Mikro berfungsi sebagai lembaga yang menyediakan berbagai jasa
pinjaman, baik untuk kegiatan produktif yang dilakukan usaha mikro, maupun
untuk kegiatan konsumtif keluarga masyarakat miskin. Sebagai lembaga simpanan,
Lembaga Keuangan Mikro dapat menghimpun dana yang dijadikan prasyarat bagi
adanya kredit walaupun pada akhirnya sering kali jumlah kredit yang diberikan
lebih besar dari dana yang berhasil dihimpun.
Tujuh prinsip Grameen Bank yang
perlu diperhatikan adalah :
1.
Grameen Bank adalah milik
anggotanya (92 % saham milik anggota);
2. Grameen
Bank hanya akan memberikan pinjaman kepada orang yang paling miskin dari
masyarakat miskin atau yang tidak memiliki harta untuk dijadikan agunan
(termasuk para pengemis)
3. Sasaran
Grameen Bank terutama adalah perempuan.
4. Pinjaman
ini diberikan tanpa jaminan/ agunan
5. Para
peminjam sendiri dan bukan Grameen Bank yang menentukan jenis kegiatan usahanya
yang akan dibiayai dengan pinjaman dari GB.
6.
Grameen Bank membantu informasi
dan sarana agar peminjam berhasil.
DAFTAR
PUSTAKA
Bornstein, David. The Prince of a Dream.
Oxford University Press, NY: 2005.
Micro Loans for the Very Poor; "The
New York Times"; Sunday, February 16, 1997
Business-Social Ventures: Reaching for
Major Impact; Changemakers.net, Nov 2003
Halo,
BalasHapusAllah SWT telah begitu setia kepada saya dan seluruh keluarga saya untuk menggunakan Ibu Margaret untuk mengubah situasi keuangan hidup saya menjadi lebih baik dan stabil yang sekarang saya miliki bisnis saya sendiri di kota
Nama saya Wani Binti Yasin dari kota kuala di Malaysia, saya ingin berterima kasih kepada Ibu Margaret karena telah membantu saya dengan pinjaman yang baik setelah saya menderita di tangan pemberi kredit palsu yang menipu saya karena uang saya tanpa menawarkan saya pinjaman, saya telah membutuhkan pinjaman selama 2 tahun terakhir untuk memulai bisnis saya sendiri di kota Kuala di mana saya tinggal dan saya jatuh ke tangan perusahaan palsu di India yang telah menipu saya dan tidak menawarkan pinjaman kepada saya dan saya sangat frustrasi karena saya kehilangan semua uang saya kepada perusahaan palsu di India, karena saya berutang ke bank dan teman-teman saya dan saya tidak punya seorang pun yang harus dituju, sampai suatu hari setia yang seorang teman saya sebut Nur Syarah setelah membaca kesaksiannya tentang dia dia mendapat pinjaman dari perusahaan pinjaman Ibu Margaret, jadi saya harus menghubungi Nur syarah dan dia mengatakan kepada saya dan meyakinkan saya untuk menghubungi ibu Margaret bahwa dia adalah ibu yang baik dan saya harus memanggil keberanian dan saya menghubungi ibu Margaret dan yang mengejutkan, pinjaman saya diproses dan appr dan dalam waktu 2 jam pinjaman saya ditransfer ke akun saya dan saya sangat terkejut bahwa ini adalah keajaiban dan saya harus bersaksi tentang pekerjaan baik Ibu Margaret
jadi saya akan menyarankan semua orang yang membutuhkan pinjaman untuk menghubungi ibu Margaret pinjaman perusahaan melalui email: margaretpedroloancompany@gmail.com dan saya meyakinkan Anda bahwa Anda akan bersaksi seperti yang telah saya lakukan dan Anda juga dapat menghubungi saya untuk informasi lebih lanjut tentang ibu Margaret melalui saya email: wanibintiyasin@gmail.com dan Anda masih dapat menghubungi teman saya Nur Syarah yang memperkenalkan saya kepada Ibu Margaret melalui email: nursyarah36@gmail.com
semoga Allah terus memberkati dan Mendukung Ibu Margaret untuk mengubah kehidupan keuangan saya.