Selasa, 18 Oktober 2016

Perilaku Organisasi Persepsi


BAB I
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
            Dalam memahami perilaku keorganisasian, penting bagi kita untuk mempelajari persepsi dan pengambilan keputusan individul. Persepsi merupakan keadaan integrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Apa yang ada dalam diri individu, pikiran, perasaan, pengalaman pengalaman individu akan ikut aktif berpengaruh dalam proses persepsi. Pengambilan Keputusan adalah suatu proses untuk menentukan satu pilihan dari beberapa hal untuk menentukan satu pilihan dari beberapa alternatif sebagai upaya untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi, yang tentunya memiliki risiko.
Dengan memahami sedikit pengertian di atas mengenai persepsi dan pengambilan keputusan individual, (yang selanjutnya akan dibahas lebih lengkap pada Bab II), maka kita dapat mengetahui pentingnya memahami kedua hal tersebut. Setiap individu dalam organisasi tentunya memiliki perbedaan perilaku pada masing-masing hal tersebut. Untuk itu, perlu        mengetahui usaha-usaha apa saja yang perlu dilakukan agar suatu    organisasi dapat membentuk suatu perilaku organisasi sesuai dengan yang diharapkan.

1.2 Perumusan Masalah
a.       Apa pengertian dari Persepsi dan Pengambilan Keputusan?
b.      Apa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan pengambilan keputusan?
c.       Bagaimana aplikasi persepsi dan pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi?
d.      Bagaimana hubungan persepsi dengan pengambilan keputusan?      

1.3       Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulis dalam pembuatan makalah ini adalah selain untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah “Perilaku Organisasi“. Ada juga tujuan lain diantaranya yaitu :
a.       Pembaca mengetahui pengertian persepsi dan pengambilan keputusan
b.      Pembaca mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan pengambilan keputusan
c.       Pembaca mengetahui aplikasi persepsi dan pengambilan keputusan dalam organisasi
d.      Pembaca mengetahui hubungan persepsi dengan pengambilan keputusan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Persepsi
Persepsi menurut Stephen P. Robbins  adalah proses dimana individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Menurut manahan, persepsi adalah gambaran seseorang tentang suatu obyek yang menjadi fokus permasalahan yang sedang dihadapi. Jadi persepsi dapat diartikan sebagai suatu proses yang ditempuh individu-individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memeberi makna kepada lingkungan. Namun apa yang merupakan persepsi seseorang dapat berbeda dari kenyataan yang objektif. Karena perilaku orang didasarkan pada persepsi mereka akan realitas, dan bukan pada realitas itu sendiri, maka persepsi sangat penting pula dipelajari dalam perilaku organisasi.

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Bagaimana kita menjelaskan bahwa individu dapat melihat hal yang sama. Namun mengartikannya secara berbeda. Sejumlah faktor beroperasi untuk membentuk dan terkadang mengubah  persepsi.
Ada 3 (tiga) faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu :
1.    Pelaku persepsi : penafsiran seorang individu pada suatu objek yang dilihatnya akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadinya sendiri, diantaranya sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan pengharapan. Kebutuhan atau motif yang tidak dipuaskan akan mempunyai pengaruh yang kuat pada persepsi  mereka.
2.    Target : Gerakan, bunyi, ukuran, dan latar belakang, kedekatan, kemiripan dan atribut-atribut lain dari target akan membentuk cara kita memandangnya. Misalnya saja suatu gambar atau lukisan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang oleh orang yang berbeda. Selain itu, objek yang berdekatan akan dipersepsikan secara bersama-sama pula.
3.    Situasi :  Situasi juga berpengaruh bagi persepsi kita. Misalnya saja, seorang wanita yang berparas lumayan mungkin tidak akan terlihat oleh laki-laki bila ia berada di mall, namun jika ia berada di pasar, kemungkinannya sangat besar bahwa para lelaki akan memandangnya.

2.3 Teori Atribusi
Teori atribusi mencoba menjelaskan cara-cara kita menilai orang dengan berbeda, bergantung pada pengertian yang kita atribusikan pada sebuah prilaku. Itu menyatakan bahwa ketika kita mengamati prilaku seorang individu, kita mencoba menentukaan apakah itu disebabkan dari internal atau eksternal.
·       Atribusi Internal
Jika perilaku seseorang yang diamati disebabkan oleh factor-faktor internal, misal sikap, sifat-sifat tertentu, ataupun aspek-aspek internal yang lain. Contoh, jika anak memperoleh nilai raport yang jelek, maka sebabnya dapat saja karena anak itu malas, terlalu banyak main, atau bodoh.
·       Atribusi eksternal
Jika perilaku sosial yang diamati disebabkan oleh keadaan atau lingkungan di luar diri orang yang bersangkutan. Contoh, jika anak memperoleh nilai raport yang jelek, maka sebabnya dapat saja karena ada masalah dengan lingkungannya, orang tuanya bercerai, hubungan yang jelek dengan orang tua, ditekan oleh teman-teman, ataupun gurunya yang tidak menarik.

2.4 Tiga Penentu Teori Atribusi
a)     Konsensus
Konsensus merupakan derajat kesamaan reaksi orang lain terhadap stimulus atau peristiwa tertentu dengan orang yang sedang kita observasi. Apakah suatu perilaku cenderung dilakukan oleh semua orang pada situasi yang sama. Makin banyak yang melakukannya, makin tinggi konsensus, dan sebaliknya.


b)     Konsistensi
Konsisten adalah derajat kesamaan reaksi seseorang terhadap stimulus atau peristiwa yang sama pada waktu yang berbeda. Apakah pelaku yang bersangkutan cenderung melakukan perilaku yang sama di masa lalu dalam situasi yang sama. Kalau “ya”, konsistensinya tinggi, kalau “tidak”, konsistensinya rendah.
c)      Distingsi atau kekhususan
Distingsi merupakan derajat perbedaan reaksi seseorang terhadap berbagai stimulus atau peristiwa yang berbeda-beda. Apakah pelaku yang bersangkutan cenderung melakukan perilaku yang sama di masa lalu dalam situasi yang berbeda-beda. Bila seseorang memberikan reaksi yang sama terhadap stimulus yang berbeda-beda, maka dapat dikatakan orang yang bersangkutan memiliki distingsi yang rendah.
2.5 Jalan Pintas dalam Menilai Orang Lain Secara Umum
a)      Persepsi Selektif (Selective Perpection)
Kecenderungan untuk secara selektif menginterpretasikan apa yang seseorang liat dalam basis minat, latar belakang, pengalaman, dan sikap seseorang. Oleh karena itu, tidak mungkin bagi kita untuk menasimilasikan semua hal yang kita lihat, kita dapat mengambil hanya rangsangan tertentu saja. Persepsi selektif membuat kita membaca orang lain dengan cepat, tetapi bersiko menggambarkan gambaran yang tidak akurat. Kita dapat menggambarkan kesimpulan yang tidak dapat dijamin dari sebuah keadaan yang ambigu.
b)      Efek Halo (Halo Effect)
Kecenderungan untuk menggambarkan impresi umum mengenai seseorang indivdu berdasarkan karakteristik tunggal.
Efek halo dikonfirmasi dalam sebuah studi klasik dimana objek diberikan sebuah daftar-daftar sifat cerdas, terampil, giat, rajin, berkemauan kuat, serta hangat. Subjek diminta untuk mengevaluasi orang yang memiliki sifat-sifat tersebut. Subjek menilai orang itu bijaksana, humoris, populer, dan imajinatif. Ketikaa daftar yang sama menggantukan “dingin” dengan “hangat”, satu gambaran yang benar-benar berbeda muncul. Subjek membuat sebuah sifat tunggal yang mempengaruhi kesan keseluruhan mereka atas orang lain yang mereka nilai.
c)      Efek Kontras (Contrast Effect)
Evaluasi atas karakteristik seseorang dipengaruhi oleh perbandingan dengan orang lain yang baru muncul yang berperingat lebih tinggi atau lebih rendah dalam karakteristik yang sama.
d)     Stereotip (Stereotype)
Menilai seseorang berdasarkan persepsi mengenai kelompok asalnya. Kalimat-kalimat seperti : “Pria tidak tertarik dengan perawatan anak”, “Pekerja yang lebih tua tidak dapat mempelajari keahlian-keahlian baru”, Imigran Asia adalah pekerja keras dan hati-hati”, merupakan contoh dari menilai orang lain secara stereotip.
Riset menyatakan stereotip beroperasi secara emosional dan sering kali di bawah alam sadar, membuat sulit untuk dilawan dan diubah. Satu masalah dari stereotip adalah adanya generalisasi yang menyebar luas, meskipun mungkin tidak mengandung kebenaran ketika diaplikasikan pada orang atau situasi tertentu.
Terdapat pula beberapa aplikasi spesifik dari jalan pintas dalam organisasi :
1.Wawancara Kerja
Riset membuktikan kita dapat  membentuk kesan atas orang lain hanya dalam 10 detik, berdasarkan pandangan pertama. Riset baru mengindikasikan bahwa intuisi individual kita mengenai sebuah kandidat pekerjaan tidak dapat diandalkan dalam memprediksi kinerja, tetapi bahwa mengumpulkan semua masukan dari banyak elevator independen dapat menjadi lebih prediktif. Kebanyakan keputusan pewawancara berubah sangat sedikit sesudah 4 atau 5 menit pertama wawancara. Sebagai hasilnya, informasi yang diperoleh dari awal wawancara membawa bobot yang lebih besar dibandingkan informasi yang diperoleh sedudahnya.



2. Ekspektasi  Kinerja
Istilah prediksi pemenuhan diri dan efek Pygmalion menjelaskan bagaimana perilaku seorang individu ditentukan oleh ekspektasi orang lain. Ekspektasi menjadi realita
3. Evaluasi Kinerja
Evaluasi kinerja sangat bergantung pada proses perceptual. Meskipun penilaian bisa jadi objektif, tetapi lebih banyak orang yang menilai secara subjektif. Tentu ini adalah peikiran yang keliru.
2.6 Hubungan Antara Persepsi dan Pengambilan Keputusan Individual
Individu akan mengambil keputusan ketika ia dihadapkan pada dua atau lebih alternatif. Oleh karena itu, pengambilan keputusan individu merupakan bagian penting dari perilaku organisasi. Tetapi cara individu mengambil keputusan dan kualitas pilihanya sangat dipengaruhi oleh persepsi mereka.
Pengambilan keputusan terjadi sebagai reaksi atas suatu masalah yang sedang dihadapi. Yaitu perbedaan antara situasi sekarang dengan situasi yang diinginkan, yang mengharuskan kita untuk mempertimbangkan alternative-alternatif tindakan yang harus dilakukan untuk mengatasi atau menyelesaikan masalah tersebut.  Terkadang masalah yang kita alami dapat menjadi kondisi yang menyenangkan bagi orang lain.
Setiap keputusan membutuhan kita untuk menginterpretasikan dan mebgevaluasi informasi yang kita terima.  Pada umumnya, kita menerima data dari berbagai sumber yang perlu kita saring, proses dan interpretasi. Data mana yang relevan bagi keputusan dan mana yang tidak ? Persepsi kita akan menjawab pertanyaan itu. Kita juga perlu mengembangkan alternatif-alternatif dan mengevaluasi kekeuatan dan kelemahannya. Sekali lagi, proses perceptual kita akan mempengaruhi hasil akhir. Selama pengambilan keputuasan, kesalahan perseptual sering kali muncul sehingga dapat membiaskan analisis dan kesimpulan.

2.7 Membandingkan Model Rasional, Rasional terbatas dan Instuisi
a)      Pengambilan keputusan rasional
Pembuat keputusan tersebut membuat pilihan-pilihan yang konsisten dan memaksimalkan nilai dalam batasan-batasan tertentu.
Enam langkah model pengambilan keputusan rasional :
1) Mendefinisikan masalahnya
Menetapkan masalah-masalah apa saja yang akan dihadapi
2) Mengidentifikasikan kriteria keputusan
Pembuat keputusan menentukan apa yang relevan dalam membuat keputusan. Langkah ini memproses berbagai minat, nilai, dan pilihan pribadi yang serupa dari si pembuat keputusan
3) Menimbang kriteria yang telah di identifikasikan sebelumnya
Dalam langkah ini pengambil keputusan memberikan prioritas yang benar dalam mengambil keputusan dengan mengalokasikan bobot pada kriteria
4) Membuat alternatif
Pengambil keputusan harus dapat menghasilkan alternatif yang mungkin bisa berhasil menyelesaikan masalah
5) Menilai setiap alternatif dalam setiap kriteria
Pembuat keputusan harus menganalisis dan mengevaluasi setia alternatif dengan seksama. Kelebihan dan kekurangaan setiap alternatif menjadi jelas ketika alternafif tersebut dibandingkan dengan kriteria dan bobot yang diperoleh dari langkah kedua dan ketiga
6) Memperhitungkan keputusan yang optimal
Dibuat dengan mengevaluasi masing-masing alternatif terhadap kriteria berbobor dan memilih alternatif dengan skror total tertinggi
b)      Rasionalitas terbatas ( bounded rationality )
Sebuah proses pengambilan keputusan dengan mengembangkan model yang disederhanakan yang mengeluarkan fitur-fitur esensial dari masalah tanpa menangkap semua kompleksitasnya.
c)      Intuisi ( Intiutive decision making )
Sebuah proses tanpa sadar yang diciptakan dari pengalaman yang di peroleh pengambilan keputusan intuitif terjadi diluar pikiran sadar berpegang pada asosiasi holistis atau kaitan antara potongan-potongan informasi yang tidak sama, cepat,dan secara efektif di bebankan berarti melibatkan emosi.
2.8 Perbedaan Individu dan Batasan Organisasi        
a)      Perbedaan Individu
·         Kepribadian
Tentu setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda, kepribadian ini mempengaruhi dalam pengambilan keputusan sebagai contoh dari kepribadian yg memiliki kehati-hatian dan harga diri. Kehati-hatian bisa mempengaruhi eskalasi komitmen, khususnya aspek kehati-hatian usaha keras untuk pencapaian dan kepatuhan. Harga diri juga juga mempengaruhi pengambilan keputusan pada dasarnya orang yg memiliki harga diri tinggi sangat termotivasi untuk mempertahankan keputusannya, sehingga mereka menggunakan bias pemenuhan diri untuk mempertahankannya, mereka menyalakan orang lain atas kegagalannya dan mengambil kredit atas kesuksesannya.
·         Jenis Kelamin
Riset atas kontemplasi menawarkan pandangan mengenai perbedaan jenis kelamin dala pengambilan keputusan. Kontemplasi bermakna berefleksi dalam waktu yang lama, dari segi pengambilan keputusan itu berarti terlalu memikirkan masalah. Dua puluh tahun studi mendapati wanita menghabiskan lebih banak waktu dibandingkan pria dalam menganalisis masa lalu, masa kini, dan masa depan, wanita hampir dua kali lebih banyak dari pria dalam mengembangkan depresi.
·         Kemampuan Mental
Kita tahu orang-orang dengan level kemampuan mental yang lebih tinggi mampu memproses informasi lebih cepat,sehingga anda mungkin mengekspekasikan mereka juga lebih sedikit beresiko salah mengambil keputusan umum, karna orang yang lebih cerdas itu lebih baik dalam menghindari kesalahan logis seperti silogisme salah atau kesalahan interpretasi data.

·         Perbedaan Budaya
Budaya berbeda dalam orientasi waktu, pentingnya rasionalitas, kepercayaan dalam kemampuan orang memecahkan masalah, dan prefensi pengambilan keputusan kolektif. Beberapa budaya menekankan pemecahan masalah, sedangkan yang lain fokus pada menerima situasi sebagaimana adanya, Amerika Serikat masuk dalam kategori memecahkan masalah sedangkan Thailand dan Indonesia termasuk dalam negara yang menerima situasi sebagaimana adanya.
b)      Batasan Organisasi
·         Evaluasi Kinerja
Manajer dipengaruhi oleh kriteria yang menjadi dasar mereka dievaluasi. Jika seorang manajer divisi percaya bahwa kinerja pabrik yang berada di bawah tanggung jawabnya beroprasi terbaik ketika ia tidak mendengar hal negatif, kita akan mendapati manajer pabriknya bekerja menghabiskan banyak waktu untuk memastikan tidak ada informasi negatif yang sampai padanya.
·         Sistem Imbalan
Sistem imbalan organisasi mempengaruhi pengambilan keputusan dengna menyarankan pilihan apa yang memiliki pembayaran pribadi yang lebih baik. Jika organisasi menghargai pengindraan risiko, manajer lebih mungkin untuk mengambil keputusan konservatif. Dari tahun 1930-an General Motors secara konsisten memberikan promosi dan bonus pada manajer yang tetap low profile dan menghindari kontroversi. Eksekutif ini menjadi ahli dalam menghindari isu-isu dan menyerahkan keputusan-keputusan kontroversial pada komite.
·         Peraturan Baku
Organisasi membuat peraturan dan kebijakan untuk memprogram keputusan dan mengarahkan individu bertindak sesuai yang diharapkan. Dalam melakukan hal demikian, mereka membaasi pilihan-pilihan keputusan.
·         Batasan Waktu Akibat Sistem
Hampir smeua keputusan penting muncul dengan tenggat waktu eksplisit. Sebuah laporan tentang pengembangan produk baru bisa saja harus siap ditinjau komite eksklusif tanggal pertama bulan tersebut. Kondisi-kondisi demikian sering membuat sulit, jika tidak mungkin, bagi manajer untuk memperoleh semua informasi sebelum mengambil keputusan.
·         Contoh Historis
Keputusan tidak dibuat dalam ruang vakum, mereka memiliki sebuah konteks. Keputusan-keputusan individu merupakan poin-poin dalam arus pilihan; yang dibuat di masa lampau seperti hantu yang membuntuti dan membatasi pilihan-pilihan sekarang. Merupakan rahasia umum bahwa penentu terbesar dari ukuran dari anggaran tahun ini adalah anggaran tahun lalu. Pilihan yang dibuat hari ini sebagian besar merupakan hasil dari pilihan-pilihan yang dibuat bertahun-tahun.
2.9 Tiga Kriteria Keputusan Etis
a)      Kriteria Utilitarianisme
Kriteria utilitarianisme adalah suatu keputusan yang dibuat berdasarkan hasil atau konsekuensinya. Tujuan dari keputusan utilitarianisme adalah memberikan kebaikan besar pada jumlah yang terbanyak. Pandangan ini mendominasi keputusan bisnis dan konsisten dengan sasaran seperti efisiensi, produktivitas, dan laba tinggi. Misalnya, dengan memaksimalkan laba seorang pembisnis dapat memperlihatkan bahwa dia mendapatkan kebaikan dalam jumlah terbanyak dan ketika ia mengeluarkan peringatan pencatatan untuk 15 persen karyawannya.                                
b)      Kriteria Etis yang Terfokus Pada Hak
Kriteria etis yang terfokus pada hak adalah membuat keputusan yang konsisten dengan kemerdekaan dan hak fundamental. Sebuah penekanan pada hak dalam pengambilan keputusan berarti menghormati dan melindungi hak asasi manusia seperti hak pribadi, berbicara dengan bebas, dan berhubungan dengan proses. Penggunaan kriteria ini dapat melindungi pembocor rahasia (whistle-brower) individu yang melaporkan perbuatan-perbuatan tidak etis atau ilegal dari pemberi kerja mereka kepada pihak luar ketika mereka mengungkapkan perbuatan-perbuatan tidak etis oleh organisasi mereka kepada pers atau agensi-agensi pemerintahan dengan dasar hak untuk berbicara dengan bebas.
c)      Kriteria Terfokus pada Keadilan
Kriteria terfokus pada keadilan ini mengharuskan individu untuk menentukan dan menjalankan peraturan-peraturan dengan baik dan adil sehingga terdapat distribusi laba dan biaya secara adil. Anggota-anggota serikat kerja biasanya menyukai pandangan ini , pandangan ini membenarkan pemberian bayaran yang sama untuk setiap individu atas pekerjaan tertentu, tanpa memerhatikan perbedaan-perbedaan kinerja,dan penggunaan senioritas sebagai penentu utama dalam membuat keputusan-keputusan pemberhentian.
Tiap-tiap kriteria memiliki kelebihan dan kekurangan. Kriteria utilitarianisme meningkatkan efisiensi dan produktivitas, tetapi padat mengakibatkan pengabaian hak-hak beberapa individu, terutama individu-individu yang memiliki perwakilan minoritas dan organisasi. Penggunaan hak sebagai kriteria melindungi individu dari luka dan konsisten dengan kebebasan dan privasi, tetapi kriteria ini dapat menciptakan sebuah lingkungan kerja yang terlalu sesuai dengan hukum yang menghalangi produktivitas dan efisiensi. Kriteria fokus pada keadilan melindungu kepentingan individu-individu yang tidak mempunyai perwakilan yang cukup dan tidak begitu kuat, tetapi kriteria ini bisa mendorong rasa pemberian hak yang mengurangi pengambilan resiko, inovasi, dan produktivitas. Para pembuat keputusan, terutama organisasi-organisasi pencari laba, cenderung merasa aman dan nyaman ketika mereka menggunakan utilitarianisme. Banyak tindakan yang meragukan bisa dibenarkan ketika disusun dalam kepentingan organisasi dan pemegang saham.
2.10 Kreativitas dan Model tiga tahap dari Kreativitas
a)      Pengertian Kreativitas
Dalam KBBI, kreatif didefenisikan sebagai kemampuan untuk mencipta atau proses timbulnya ide baru. Pada intinya pengertian kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menciptakan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, dalam bentuk ciri-ciri aptitude maupun non aptitude,dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, dan semuanya relatif berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya.
b)      Model tiga tahap dari kreativitas ( three-stage model of creativity )
·         Sebab ( Potensi kreatif dan lingkungan kreatif)
·         Perilaku kreatif, dan
·         Hasil kreatif ( inovasi)

c)      Perilaku Kreatif
Terdapat empat langkah untuk memunculkan dan mengembangkan perilaku kreatif :
1.    Formulasi masalah, yaitu tahapan perilaku dimana kita mengidentifikasikan sebuah masalah atau peluang yang membutuhkan sebuah solusi yang belum diketahui.
2.    Pengumpulan informasi, yaitu tahapan perilaku kreatif ketika solusi-solusi yang mungkin atas masalah di inkubasikan dalam pikiran individu.
3.    Pemunculan ide, yaitu tahapan perilaku kreatif dimana kita mengembangkan solusi – solusi yang mungkin atas sebuah masalah dari informasi dan pengetahuan yang relevan.
4.    Evaluasi ide, tahapan dimana kita mengevaluasi solusi-solusi potensial untuk mengidentifikasi yang terbaik.
d)     Penyebab perilaku kreatif
Terbagi menjadi tiga sebab :
1) Potensi Kreatif
2) Lingkungan Kreatif
3) Keluaran dari Kreatif (inovasi)



BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Persepsi adalah suatu proses yang ditempuh oleh setiap individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka.
Ketika seorang individu melihat suatu sasaran dan berusaha menginterprestasikan apa yang ia lihat, interprestasi itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik dari pribadi individu yang melihat. Karakteristik pribadi yang mempengaruhi persepsi terdiri dari sikap, kepribadian, motif, kepentingan, pengalaman masa lalu, dan harapan.
Teori persepsi; persepsi yang diberikan terhadap orang akan berbeda dengan persepsi terhadap objek mati, terdapat beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli berkaitan dengan cara membuat penilaian mengenai orang lain atau persepsi orang adalah teori atribusi : teori yang mengarahkan bagaimana kita mengamati perilaku individu dan mencoba menentukan apakah masalah tersebut ditimbulkan secara internal atau eksternal.
Salah satu penemuan yang menarik dari teori ini adalah bahwa ada kekeliruan atau prasangka (bias, sikap berat sebelah) yang menyimpangkan atau memutar balik atribusi. Bukti mengemukakan bahwa kita cenderung meremehkan pengaruh faktor dari luar dan melebih-lebihkan pengaruh faktor internal. Misalnya saja, penurunan penjualan seorang salesman akan lebih dinilai sebagai akibat dari kemalasannya daripada akibat kalah saing dari produk pesaing.
Ada beberapa teknik dalam menilai orang yang memungkinkan kita membuat persepsi yang lebih akurat dengan cepat dan memberikan data yang valid (sahih) untuk membuat ramalan. Namun teknik-teknik ini akan menceburkan kita dalam kesulitankarena tidak ‘foolproof’. Karena itu, pemahaman akan jalan pintas ini dapat membantu kita mewaspadai bila teknik-teknik ini menghasilkan distorsi.
Pengambilan kuputusan individual, baik ditingkat bawah maupun atas, merupakan suatu bagian yang penting dari perilaku organisasi. Tetapi bagaimana individu dalam organisasi mengambil keputusan dan kualitas dari pilihan mereka sebagian besar dipengaruhi oleh persepsi mereka.
Dari hasil riset setiap indivdu berbeda dalam mengambil keputusan melalui pendekatan yaitu; analitis, direktif, konseptual dan perilaku.
Selain dari empat pendekatan tersebut, terdapat juga latar belakang budaya yang mempengaruhi persepsi individu dalam membuat keputusan.






DAFTAR KEPUSTAKAAN


C. M. Judd dan B. Park. Definition and Assessment of Accuracy in Social Stereotypes, Psycological Review, Januar 1993.

J. S. Bruner dan R. Tagiuri. The Perception of People. in E. Lindzey (ed.) Addison-Wesley. 1954

Robbins. Stephen P. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi, Penerbit; Erlangga, Jakarta. 2002

Robbns. Stephen P. and Judge. Timothy A. Perilaku Organisasi. Buku I. Penerbit; Salemba Empat, Jakarta, 2009

Suryabrata. S. Psikologi Pendidikan. Penerbit; RajaGrafindo Persada. Jakarta.2005

Theme:Blix by Sebastian Schmieg.blog at WordPress.com. Faktor Individu dalam Pengambilan Keputusan.


Tampubolon. Manahan P. Perilaku Keorganisasian (Organization Behavior) Perspektif Organisasi Bisnis. Edisi Kedua.Penerbit; Ghalia Indonesia, Bogor.2008.

0 komentar:

Posting Komentar