BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam
memahami perilaku keorganisasian, penting bagi kita untuk mempelajari persepsi
dan pengambilan keputusan individul. Persepsi merupakan keadaan integrated dari
individu terhadap stimulus yang diterimanya. Apa yang ada dalam diri individu,
pikiran, perasaan, pengalaman pengalaman individu akan ikut aktif berpengaruh
dalam proses persepsi. Pengambilan Keputusan adalah suatu proses untuk menentukan
satu pilihan dari beberapa hal untuk menentukan satu pilihan dari beberapa
alternatif sebagai upaya untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi, yang
tentunya memiliki risiko.
Dengan
memahami sedikit pengertian di atas mengenai persepsi dan pengambilan keputusan individual, (yang selanjutnya akan
dibahas lebih lengkap pada Bab II), maka kita dapat mengetahui pentingnya
memahami kedua hal tersebut. Setiap individu dalam organisasi tentunya memiliki
perbedaan perilaku pada masing-masing hal tersebut. Untuk itu, perlu mengetahui usaha-usaha apa saja yang
perlu dilakukan agar suatu organisasi
dapat membentuk suatu perilaku organisasi sesuai dengan yang diharapkan.
1.2
Perumusan Masalah
a. Apa
pengertian dari Persepsi dan Pengambilan Keputusan?
b. Apa
faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan pengambilan keputusan?
c. Bagaimana
aplikasi persepsi dan pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi?
d. Bagaimana
hubungan persepsi dengan pengambilan keputusan?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan
penulis dalam pembuatan makalah ini adalah selain untuk memenuhi salah satu
tugas pada mata kuliah “Perilaku Organisasi“. Ada juga tujuan lain diantaranya yaitu
:
a. Pembaca
mengetahui pengertian persepsi dan pengambilan keputusan
b. Pembaca
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan pengambilan keputusan
c. Pembaca
mengetahui aplikasi persepsi dan pengambilan keputusan dalam organisasi
d. Pembaca
mengetahui hubungan persepsi dengan pengambilan keputusan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Persepsi
Persepsi menurut Stephen P. Robbins adalah proses dimana individu mengatur dan
menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi
lingkungan mereka. Menurut manahan, persepsi adalah gambaran seseorang tentang
suatu obyek yang menjadi fokus permasalahan yang sedang dihadapi. Jadi persepsi
dapat diartikan sebagai suatu proses yang ditempuh individu-individu untuk
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memeberi makna
kepada lingkungan. Namun apa yang merupakan persepsi seseorang dapat berbeda
dari kenyataan yang objektif. Karena perilaku orang didasarkan pada persepsi
mereka akan realitas, dan bukan pada realitas itu sendiri, maka persepsi sangat
penting pula dipelajari dalam perilaku organisasi.
2.2
Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Bagaimana kita menjelaskan bahwa
individu dapat melihat hal yang sama. Namun mengartikannya secara berbeda.
Sejumlah faktor beroperasi untuk membentuk dan terkadang mengubah persepsi.
Ada 3 (tiga)
faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu :
1.
Pelaku
persepsi : penafsiran seorang individu pada suatu objek yang dilihatnya akan
sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadinya sendiri, diantaranya sikap,
motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan pengharapan. Kebutuhan
atau motif yang tidak dipuaskan akan mempunyai pengaruh yang kuat pada
persepsi mereka.
2.
Target
: Gerakan, bunyi, ukuran, dan latar belakang, kedekatan, kemiripan dan
atribut-atribut lain dari target akan membentuk cara kita memandangnya.
Misalnya saja suatu gambar atau lukisan dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang oleh orang yang berbeda. Selain itu, objek yang berdekatan akan
dipersepsikan secara bersama-sama pula.
3.
Situasi
: Situasi juga berpengaruh bagi persepsi
kita. Misalnya saja, seorang wanita yang berparas lumayan mungkin tidak akan
terlihat oleh laki-laki bila ia berada di mall, namun jika ia berada di pasar,
kemungkinannya sangat besar bahwa para lelaki akan memandangnya.
2.3
Teori Atribusi
Teori atribusi mencoba
menjelaskan cara-cara kita menilai orang dengan berbeda, bergantung pada
pengertian yang kita atribusikan pada sebuah prilaku. Itu menyatakan bahwa
ketika kita mengamati prilaku seorang individu, kita mencoba menentukaan apakah
itu disebabkan dari internal atau eksternal.
· Atribusi
Internal
Jika perilaku seseorang yang diamati disebabkan oleh
factor-faktor internal, misal sikap, sifat-sifat tertentu, ataupun aspek-aspek
internal yang lain. Contoh, jika anak memperoleh nilai raport yang jelek, maka
sebabnya dapat saja karena anak itu malas, terlalu banyak main, atau bodoh.
·
Atribusi
eksternal
Jika perilaku sosial yang diamati disebabkan oleh keadaan atau lingkungan
di luar diri orang yang bersangkutan. Contoh, jika anak memperoleh nilai raport
yang jelek, maka sebabnya dapat saja karena ada masalah dengan lingkungannya,
orang tuanya bercerai, hubungan yang jelek dengan orang tua, ditekan oleh
teman-teman, ataupun gurunya yang tidak menarik.
2.4 Tiga
Penentu Teori Atribusi
a)
Konsensus
Konsensus merupakan derajat kesamaan reaksi orang
lain terhadap stimulus atau peristiwa tertentu dengan orang yang sedang kita
observasi. Apakah suatu perilaku cenderung dilakukan oleh semua orang pada
situasi yang sama. Makin banyak yang melakukannya, makin tinggi konsensus, dan
sebaliknya.
b)
Konsistensi
Konsisten
adalah derajat kesamaan reaksi seseorang terhadap stimulus atau peristiwa yang
sama pada waktu yang berbeda. Apakah pelaku yang bersangkutan cenderung
melakukan perilaku yang sama di masa lalu dalam situasi yang sama. Kalau “ya”,
konsistensinya tinggi, kalau “tidak”, konsistensinya rendah.
c)
Distingsi atau
kekhususan
Distingsi merupakan derajat perbedaan reaksi
seseorang terhadap berbagai stimulus atau peristiwa yang berbeda-beda. Apakah
pelaku yang bersangkutan cenderung melakukan perilaku yang sama di masa lalu
dalam situasi yang berbeda-beda. Bila seseorang memberikan reaksi yang sama
terhadap stimulus yang berbeda-beda, maka dapat dikatakan orang yang
bersangkutan memiliki distingsi yang rendah.
2.5 Jalan Pintas
dalam Menilai Orang Lain Secara Umum
a)
Persepsi
Selektif (Selective Perpection)
Kecenderungan untuk secara selektif
menginterpretasikan apa yang seseorang liat dalam basis minat, latar belakang,
pengalaman, dan sikap seseorang. Oleh karena itu, tidak mungkin bagi kita untuk
menasimilasikan semua hal yang kita lihat, kita dapat mengambil hanya
rangsangan tertentu saja. Persepsi selektif membuat kita membaca orang lain
dengan cepat, tetapi bersiko menggambarkan gambaran yang tidak akurat. Kita
dapat menggambarkan kesimpulan yang tidak dapat dijamin dari sebuah keadaan
yang ambigu.
b)
Efek
Halo (Halo Effect)
Kecenderungan
untuk menggambarkan impresi umum mengenai seseorang indivdu berdasarkan
karakteristik tunggal.
Efek halo dikonfirmasi dalam sebuah studi klasik
dimana objek diberikan sebuah daftar-daftar sifat cerdas, terampil, giat,
rajin, berkemauan kuat, serta hangat. Subjek diminta untuk mengevaluasi orang
yang memiliki sifat-sifat tersebut. Subjek menilai orang itu bijaksana,
humoris, populer, dan imajinatif. Ketikaa daftar yang sama menggantukan
“dingin” dengan “hangat”, satu gambaran yang benar-benar berbeda muncul. Subjek
membuat sebuah sifat tunggal yang mempengaruhi kesan keseluruhan mereka atas
orang lain yang mereka nilai.
c)
Efek
Kontras (Contrast Effect)
Evaluasi
atas karakteristik seseorang dipengaruhi oleh perbandingan dengan orang lain
yang baru muncul yang berperingat lebih tinggi atau lebih rendah dalam
karakteristik yang sama.
d)
Stereotip
(Stereotype)
Menilai
seseorang berdasarkan persepsi mengenai kelompok asalnya. Kalimat-kalimat
seperti : “Pria tidak tertarik dengan perawatan anak”, “Pekerja yang lebih tua
tidak dapat mempelajari keahlian-keahlian baru”, Imigran Asia adalah pekerja
keras dan hati-hati”, merupakan contoh dari menilai orang lain secara
stereotip.
Riset menyatakan stereotip beroperasi secara
emosional dan sering kali di bawah alam sadar, membuat sulit untuk dilawan dan
diubah. Satu masalah dari stereotip adalah adanya generalisasi yang menyebar
luas, meskipun mungkin tidak mengandung kebenaran ketika diaplikasikan pada
orang atau situasi tertentu.
Terdapat
pula beberapa aplikasi spesifik dari jalan pintas dalam organisasi :
1.Wawancara
Kerja
Riset membuktikan kita dapat membentuk kesan atas orang lain hanya dalam
10 detik, berdasarkan pandangan pertama. Riset baru mengindikasikan bahwa
intuisi individual kita mengenai sebuah kandidat pekerjaan tidak dapat
diandalkan dalam memprediksi kinerja, tetapi bahwa mengumpulkan semua masukan dari
banyak elevator independen dapat menjadi lebih prediktif. Kebanyakan keputusan
pewawancara berubah sangat sedikit sesudah 4 atau 5 menit pertama wawancara.
Sebagai hasilnya, informasi yang diperoleh dari awal wawancara membawa bobot
yang lebih besar dibandingkan informasi yang diperoleh sedudahnya.
2.
Ekspektasi Kinerja
Istilah prediksi pemenuhan diri dan efek Pygmalion
menjelaskan bagaimana perilaku seorang individu ditentukan oleh ekspektasi
orang lain. Ekspektasi menjadi realita
3.
Evaluasi Kinerja
Evaluasi kinerja sangat bergantung pada proses
perceptual. Meskipun penilaian bisa jadi objektif, tetapi lebih banyak orang
yang menilai secara subjektif. Tentu ini adalah peikiran yang keliru.
2.6 Hubungan Antara Persepsi dan Pengambilan
Keputusan Individual
Individu akan mengambil keputusan ketika ia
dihadapkan pada dua atau lebih alternatif. Oleh karena itu, pengambilan
keputusan individu merupakan bagian penting dari perilaku organisasi. Tetapi
cara individu mengambil keputusan dan kualitas pilihanya sangat dipengaruhi
oleh persepsi mereka.
Pengambilan keputusan terjadi sebagai reaksi atas
suatu masalah yang sedang dihadapi. Yaitu perbedaan antara situasi sekarang
dengan situasi yang diinginkan, yang mengharuskan kita untuk mempertimbangkan
alternative-alternatif tindakan yang harus dilakukan untuk mengatasi atau
menyelesaikan masalah tersebut.
Terkadang masalah yang kita alami dapat menjadi kondisi yang
menyenangkan bagi orang lain.
Setiap keputusan membutuhan kita untuk
menginterpretasikan dan mebgevaluasi informasi yang kita terima. Pada umumnya, kita menerima data dari
berbagai sumber yang perlu kita saring, proses dan interpretasi. Data mana yang
relevan bagi keputusan dan mana yang tidak ? Persepsi kita akan menjawab
pertanyaan itu. Kita juga perlu mengembangkan alternatif-alternatif dan
mengevaluasi kekeuatan dan kelemahannya. Sekali lagi, proses perceptual kita
akan mempengaruhi hasil akhir. Selama pengambilan keputuasan, kesalahan
perseptual sering kali muncul sehingga dapat membiaskan analisis dan
kesimpulan.
2.7 Membandingkan Model Rasional,
Rasional terbatas dan Instuisi
a)
Pengambilan
keputusan rasional
Pembuat keputusan tersebut membuat pilihan-pilihan
yang konsisten dan memaksimalkan nilai dalam batasan-batasan tertentu.
Enam langkah
model pengambilan keputusan rasional :
1)
Mendefinisikan masalahnya
Menetapkan masalah-masalah apa saja yang akan
dihadapi
2)
Mengidentifikasikan kriteria keputusan
Pembuat keputusan menentukan apa yang relevan dalam
membuat keputusan. Langkah ini memproses berbagai minat, nilai, dan pilihan
pribadi yang serupa dari si pembuat keputusan
3)
Menimbang kriteria yang telah di identifikasikan sebelumnya
Dalam langkah ini pengambil keputusan memberikan
prioritas yang benar dalam mengambil keputusan dengan mengalokasikan bobot pada
kriteria
4)
Membuat alternatif
Pengambil keputusan harus dapat menghasilkan
alternatif yang mungkin bisa berhasil menyelesaikan masalah
5)
Menilai setiap alternatif dalam setiap kriteria
Pembuat keputusan harus menganalisis dan
mengevaluasi setia alternatif dengan seksama. Kelebihan dan kekurangaan setiap
alternatif menjadi jelas ketika alternafif tersebut dibandingkan dengan
kriteria dan bobot yang diperoleh dari langkah kedua dan ketiga
6)
Memperhitungkan keputusan yang optimal
Dibuat dengan mengevaluasi masing-masing alternatif
terhadap kriteria berbobor dan memilih alternatif dengan skror total tertinggi
b)
Rasionalitas
terbatas ( bounded rationality )
Sebuah proses pengambilan keputusan dengan
mengembangkan model yang disederhanakan yang mengeluarkan fitur-fitur esensial
dari masalah tanpa menangkap semua kompleksitasnya.
c)
Intuisi
( Intiutive decision making )
Sebuah proses tanpa sadar yang diciptakan dari
pengalaman yang di peroleh pengambilan keputusan intuitif terjadi diluar
pikiran sadar berpegang pada asosiasi holistis atau kaitan antara
potongan-potongan informasi yang tidak sama, cepat,dan secara efektif di
bebankan berarti melibatkan emosi.
2.8 Perbedaan Individu dan Batasan Organisasi
a)
Perbedaan
Individu
·
Kepribadian
Tentu
setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda, kepribadian ini mempengaruhi
dalam pengambilan keputusan sebagai contoh dari kepribadian yg memiliki
kehati-hatian dan harga diri. Kehati-hatian bisa mempengaruhi eskalasi
komitmen, khususnya aspek kehati-hatian usaha keras untuk pencapaian dan
kepatuhan. Harga diri juga juga mempengaruhi pengambilan keputusan pada
dasarnya orang yg memiliki harga diri tinggi sangat termotivasi untuk
mempertahankan keputusannya, sehingga mereka menggunakan bias pemenuhan diri
untuk mempertahankannya, mereka menyalakan orang lain atas kegagalannya dan
mengambil kredit atas kesuksesannya.
·
Jenis
Kelamin
Riset
atas kontemplasi menawarkan pandangan mengenai perbedaan jenis kelamin dala
pengambilan keputusan. Kontemplasi bermakna berefleksi dalam waktu yang lama,
dari segi pengambilan keputusan itu berarti terlalu memikirkan masalah. Dua
puluh tahun studi mendapati wanita menghabiskan lebih banak waktu dibandingkan
pria dalam menganalisis masa lalu, masa kini, dan masa depan, wanita hampir dua
kali lebih banyak dari pria dalam mengembangkan depresi.
·
Kemampuan
Mental
Kita tahu orang-orang dengan level kemampuan mental
yang lebih tinggi mampu memproses informasi lebih cepat,sehingga anda mungkin
mengekspekasikan mereka juga lebih sedikit beresiko salah mengambil keputusan
umum, karna orang yang lebih cerdas itu lebih baik dalam menghindari kesalahan
logis seperti silogisme salah atau kesalahan interpretasi data.
·
Perbedaan
Budaya
Budaya berbeda dalam orientasi waktu, pentingnya
rasionalitas, kepercayaan dalam kemampuan orang memecahkan masalah, dan
prefensi pengambilan keputusan kolektif. Beberapa budaya menekankan pemecahan
masalah, sedangkan yang lain fokus pada menerima situasi sebagaimana adanya,
Amerika Serikat masuk dalam kategori memecahkan masalah sedangkan Thailand dan
Indonesia termasuk dalam negara yang menerima situasi sebagaimana adanya.
b)
Batasan
Organisasi
·
Evaluasi
Kinerja
Manajer
dipengaruhi oleh kriteria yang menjadi dasar mereka dievaluasi. Jika seorang
manajer divisi percaya bahwa kinerja pabrik yang berada di bawah tanggung
jawabnya beroprasi terbaik ketika ia tidak mendengar hal negatif, kita akan
mendapati manajer pabriknya bekerja menghabiskan banyak waktu untuk memastikan
tidak ada informasi negatif yang sampai padanya.
·
Sistem
Imbalan
Sistem
imbalan organisasi mempengaruhi pengambilan keputusan dengna menyarankan
pilihan apa yang memiliki pembayaran pribadi yang lebih baik. Jika organisasi
menghargai pengindraan risiko, manajer lebih mungkin untuk mengambil keputusan
konservatif. Dari tahun 1930-an General Motors secara konsisten memberikan
promosi dan bonus pada manajer yang tetap low
profile dan menghindari kontroversi. Eksekutif ini menjadi ahli dalam
menghindari isu-isu dan menyerahkan keputusan-keputusan kontroversial pada
komite.
·
Peraturan
Baku
Organisasi
membuat peraturan dan kebijakan untuk memprogram keputusan dan mengarahkan
individu bertindak sesuai yang diharapkan. Dalam melakukan hal demikian, mereka
membaasi pilihan-pilihan keputusan.
·
Batasan
Waktu Akibat Sistem
Hampir
smeua keputusan penting muncul dengan tenggat waktu eksplisit. Sebuah laporan
tentang pengembangan produk baru bisa saja harus siap ditinjau komite eksklusif
tanggal pertama bulan tersebut. Kondisi-kondisi demikian sering membuat sulit,
jika tidak mungkin, bagi manajer untuk memperoleh semua informasi sebelum
mengambil keputusan.
·
Contoh
Historis
Keputusan tidak dibuat dalam ruang vakum, mereka
memiliki sebuah konteks. Keputusan-keputusan individu merupakan poin-poin dalam
arus pilihan; yang dibuat di masa lampau seperti hantu yang membuntuti dan
membatasi pilihan-pilihan sekarang. Merupakan rahasia umum bahwa penentu
terbesar dari ukuran dari anggaran tahun ini adalah anggaran tahun lalu.
Pilihan yang dibuat hari ini sebagian besar merupakan hasil dari
pilihan-pilihan yang dibuat bertahun-tahun.
2.9 Tiga Kriteria Keputusan Etis
a)
Kriteria
Utilitarianisme
Kriteria utilitarianisme adalah suatu keputusan yang
dibuat berdasarkan hasil atau konsekuensinya. Tujuan dari keputusan
utilitarianisme adalah memberikan kebaikan besar pada jumlah yang terbanyak.
Pandangan ini mendominasi keputusan bisnis dan konsisten dengan sasaran seperti
efisiensi, produktivitas, dan laba tinggi. Misalnya, dengan memaksimalkan laba
seorang pembisnis dapat memperlihatkan bahwa dia mendapatkan kebaikan dalam
jumlah terbanyak dan ketika ia mengeluarkan peringatan pencatatan untuk 15 persen
karyawannya.
b)
Kriteria
Etis yang Terfokus Pada Hak
Kriteria etis yang terfokus pada hak adalah membuat
keputusan yang konsisten dengan kemerdekaan dan hak fundamental. Sebuah
penekanan pada hak dalam pengambilan keputusan berarti menghormati dan
melindungi hak asasi manusia seperti hak pribadi, berbicara dengan bebas, dan
berhubungan dengan proses. Penggunaan kriteria ini dapat melindungi pembocor
rahasia (whistle-brower) individu yang melaporkan perbuatan-perbuatan tidak etis
atau ilegal dari pemberi kerja mereka kepada pihak luar ketika mereka
mengungkapkan perbuatan-perbuatan tidak etis oleh organisasi mereka kepada pers
atau agensi-agensi pemerintahan dengan dasar hak untuk berbicara dengan bebas.
c)
Kriteria
Terfokus pada Keadilan
Kriteria terfokus pada keadilan ini mengharuskan
individu untuk menentukan dan menjalankan peraturan-peraturan dengan baik dan
adil sehingga terdapat distribusi laba dan biaya secara adil. Anggota-anggota
serikat kerja biasanya menyukai pandangan ini , pandangan ini membenarkan
pemberian bayaran yang sama untuk setiap individu atas pekerjaan tertentu,
tanpa memerhatikan perbedaan-perbedaan kinerja,dan penggunaan senioritas
sebagai penentu utama dalam membuat keputusan-keputusan pemberhentian.
Tiap-tiap kriteria memiliki
kelebihan dan kekurangan. Kriteria utilitarianisme meningkatkan efisiensi dan
produktivitas, tetapi padat mengakibatkan pengabaian hak-hak beberapa individu,
terutama individu-individu yang memiliki perwakilan minoritas dan organisasi.
Penggunaan hak sebagai kriteria melindungi individu dari luka dan konsisten
dengan kebebasan dan privasi, tetapi kriteria ini dapat menciptakan sebuah
lingkungan kerja yang terlalu sesuai dengan hukum yang menghalangi
produktivitas dan efisiensi. Kriteria fokus pada keadilan melindungu
kepentingan individu-individu yang tidak mempunyai perwakilan yang cukup dan
tidak begitu kuat, tetapi kriteria ini bisa mendorong rasa pemberian hak yang
mengurangi pengambilan resiko, inovasi, dan produktivitas. Para pembuat
keputusan, terutama organisasi-organisasi pencari laba, cenderung merasa aman
dan nyaman ketika mereka menggunakan utilitarianisme. Banyak tindakan yang
meragukan bisa dibenarkan ketika disusun dalam kepentingan organisasi dan
pemegang saham.
2.10
Kreativitas dan Model tiga tahap dari Kreativitas
a)
Pengertian
Kreativitas
Dalam KBBI, kreatif didefenisikan sebagai kemampuan untuk mencipta atau
proses timbulnya ide baru. Pada intinya pengertian
kreativitas adalah
kemampuan seseorang untuk menciptakan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan
maupun karya nyata, dalam bentuk ciri-ciri aptitude maupun non
aptitude,dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada,
dan semuanya relatif berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya.
b)
Model
tiga tahap dari kreativitas ( three-stage model of creativity )
·
Sebab
( Potensi kreatif dan lingkungan kreatif)
·
Perilaku
kreatif, dan
·
Hasil
kreatif ( inovasi)
c)
Perilaku
Kreatif
Terdapat
empat langkah untuk memunculkan dan mengembangkan perilaku kreatif :
1.
Formulasi
masalah, yaitu tahapan perilaku dimana kita mengidentifikasikan sebuah masalah
atau peluang yang membutuhkan sebuah solusi yang belum diketahui.
2.
Pengumpulan
informasi, yaitu tahapan perilaku kreatif ketika solusi-solusi yang mungkin
atas masalah di inkubasikan dalam pikiran individu.
3.
Pemunculan
ide, yaitu tahapan perilaku kreatif dimana kita mengembangkan solusi – solusi
yang mungkin atas sebuah masalah dari informasi dan pengetahuan yang relevan.
4.
Evaluasi
ide, tahapan dimana kita mengevaluasi solusi-solusi potensial untuk
mengidentifikasi yang terbaik.
d)
Penyebab
perilaku kreatif
Terbagi menjadi
tiga sebab :
1) Potensi
Kreatif
2) Lingkungan
Kreatif
3) Keluaran dari
Kreatif (inovasi)
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Persepsi adalah
suatu proses yang ditempuh oleh setiap individu untuk mengorganisasikan dan
menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka.
Ketika seorang
individu melihat suatu sasaran dan berusaha menginterprestasikan apa yang ia
lihat, interprestasi itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik dari pribadi
individu yang melihat. Karakteristik pribadi yang mempengaruhi persepsi terdiri
dari sikap, kepribadian, motif, kepentingan, pengalaman masa lalu, dan harapan.
Teori persepsi;
persepsi yang diberikan terhadap orang akan berbeda dengan persepsi terhadap
objek mati, terdapat beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli berkaitan
dengan cara membuat penilaian mengenai orang lain atau persepsi orang adalah
teori atribusi : teori yang mengarahkan bagaimana kita mengamati perilaku
individu dan mencoba menentukan apakah masalah tersebut ditimbulkan secara
internal atau eksternal.
Salah satu
penemuan yang menarik dari teori ini adalah bahwa ada kekeliruan atau prasangka
(bias, sikap berat sebelah) yang menyimpangkan atau memutar balik atribusi.
Bukti mengemukakan bahwa kita cenderung meremehkan pengaruh faktor dari luar
dan melebih-lebihkan pengaruh faktor internal. Misalnya saja, penurunan
penjualan seorang salesman akan lebih dinilai sebagai akibat dari kemalasannya
daripada akibat kalah saing dari produk pesaing.
Ada beberapa
teknik dalam menilai orang yang memungkinkan kita membuat persepsi yang lebih
akurat dengan cepat dan memberikan data yang valid (sahih) untuk membuat
ramalan. Namun teknik-teknik ini akan menceburkan kita dalam kesulitankarena
tidak ‘foolproof’. Karena itu, pemahaman akan jalan pintas ini dapat membantu
kita mewaspadai bila teknik-teknik ini menghasilkan distorsi.
Pengambilan
kuputusan individual, baik ditingkat bawah maupun atas, merupakan suatu bagian
yang penting dari perilaku organisasi. Tetapi bagaimana individu dalam
organisasi mengambil keputusan dan kualitas dari pilihan mereka sebagian besar
dipengaruhi oleh persepsi mereka.
Dari hasil riset
setiap indivdu berbeda dalam mengambil keputusan melalui pendekatan yaitu;
analitis, direktif, konseptual dan perilaku.
Selain dari
empat pendekatan tersebut, terdapat juga latar belakang budaya yang
mempengaruhi persepsi individu dalam membuat keputusan.
DAFTAR
KEPUSTAKAAN
C. M. Judd dan B. Park. Definition and
Assessment of Accuracy in Social Stereotypes, Psycological Review, Januar 1993.
J. S. Bruner dan R. Tagiuri. The
Perception of People. in E. Lindzey (ed.) Addison-Wesley. 1954
Robbins. Stephen P. Prinsip-prinsip
Perilaku Organisasi, Penerbit; Erlangga, Jakarta. 2002
Robbns. Stephen P. and Judge. Timothy A.
Perilaku Organisasi. Buku I. Penerbit; Salemba Empat, Jakarta, 2009
Suryabrata. S. Psikologi Pendidikan.
Penerbit; RajaGrafindo Persada. Jakarta.2005
Theme:Blix by Sebastian Schmieg.blog at
WordPress.com. Faktor Individu dalam Pengambilan Keputusan.
Tampubolon. Manahan P. Perilaku
Keorganisasian (Organization Behavior) Perspektif Organisasi Bisnis. Edisi
Kedua.Penerbit; Ghalia Indonesia, Bogor.2008.
0 komentar:
Posting Komentar